Kamis, 27 Maret 2014

LANDASAN TEORI HEAT TRITMENT




Heat treatment atau Perlakuan panas merupakan suatu proses untuk merubah sifat-sifat dari logam sampai suhu tertentu kemudian didinginkan dengan media pendingin tertentu pula. Baja merupakan jenis logam yang banyak mendapatkan perlakuan panas untuk mengubah sifat fisis dan mekanik  sesuai dengan keinginan namun terlebih dahulu diketahui instalasi dari baja tersebut.
Untuk mengetahui suhu yang digunakan dapat dilihat pada gambar Fe-C dan aturan kerja perlakuan panas pada baja:
1.           Setiap jenis baja mempunyai daerah suhu yang optimal untuk pencelupanyang terbentang dari suhu awal yang tinggi ke suhu akhir yang rendah
2.           Bahan campuran baja dengan keadaan kadar karbon yang tinggi 0,3 %, beroksidasi dengan intensif oleh karenanya harus dipanaskan sampai suhu awal.
3.           Baja karbon yang tinggi dan campuran merupakan penghantar panas yang buruk sehingga harus dipanaskan secara perlahan-lahan dan menyeluruh hingga di atas suhu kritis.
4.           Jika pemanasan dilakukan melampaui batas suhu yang diperbolehkan akan terjadi gosong pada baja dan setelah dingin akan mengalami kerapuhan.
(Sumber : http://www.scribd.com/doc/45119330/He-a-Treatment-Test
rickyrackasiwi.blogspot.com/2010/02/perlakuan-panas.html

B.       Jenis-Jenis Heat Treatment
1.      Anneling (Melunakkan)
Proses Anneling atau melunakkan baja merupakan proses di mana pemanasan dilakukan sampai di atas temperature kritis hingga merata kemudian dilakukan pendinginan di dalam tungku, selanjutnya dijaga agar temperatur bagian dalam dan luar logam kira-kira sama sehingga diperoleh struktur yang diinginkan . Tujuan dari Anneling antara lain untuk melunakkan material, menghilangkan tegangan sisa dan memperbaiki struktur butir.
2.      Queenching (Pencelupan)
Queenching merupakan proses pemanasan sampai kira-kira beberapa derajat di atas temperature kritis. Apabila suhu merata kemudian didinginkan dengan menggunakan media pendingin air atau air garam dengan tujuan pendinginan dilakukan dengan cepat agar diperoleh austenit yang homogen atau martensit yang halus. Tujuan dari Queenching adalah meningkatkan sifat kekerasan material serta kegetasannya
3.      Normalizing
Normalizing merupakan suatu proses panas logam sampai mencapai fasa austenit yang kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dengan media pendingin udara. Prinsip dari Normalizing adalah untuk menormalkan kembali kondisi logam setelah mengalami perubahan struktur akibat fatik atau sejenisnya.
4.      Tempering
Tempering merupakan proses pemanasan logam di bawah temperature kritisnya kemudian didinginkan. Bertujuan untuk mengurangi kekerasan baja yaitu dengan mengurangi struktur martensit yang sangat kuat. Jika kekerasan turun maka kekuatan tarik akan turun pula. Sedang keuletan dan ketangguhan akan meningkat meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak.
5.      Case Hardening
Case Hardening merupakan proses pemanasan logam sampai atau lebih diatas  temperatur kritisnya (723°C) kemudian didinginkan dengan cepat dengan media pendingin yang telah disiapkan.

C.  Jenis-Jenis Pengerasan Permukaan
a.       Karburasi
          Dimaksudkan untuk mengeraskan permukaan dengan memanaskan bahan dalam lingkungan karbon, lalu dibiarkan beberapa waktu pada suhu tersebut dan kemudian didinginkan. Tujuan dari pengerjaan panas itu adalah untuk memberi lapisan luar pada benda kerja yang akan disepuh keras. Hal ini mungkin karena pada suhu tersebut karbon dapat meresap ke dalam lapisan luar benda kerja. Lapisan luar benda kerja yang telah mengambil karbon dinamakan lapisan karbonasi.


b.      Karbonitriding
         Karbonitriding (Sianida kering) adalah suatu proses pengerasan permukaan di mana baja dipanaskan di atas suhu kritis dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapak karbon dan nitrogen.
c.       Cyaniding
         Cyaniding atau karbonitriding cair merupakan proses dimana terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan. Proses ini dilakukan dengan rendaman air garam yang terdiri dari Karbonat Natrium (Sodium) dan Sianida Natrium yang dicampur dengan salah satu bahan klorid natrium dan klorid barium, tebal lapisan sekitar 0,3 mm.
d.      Nitriding
         Nitriding adalah suatu proses pengerasan permukaan dalam hal ini baja paduan special dipanaskan untuk waktu yang lama dalam suatu atmosfer dari gas nitrogen. Baja dipanaskan sampai 510C dalam lingkungan gas ammonia. Nitride yang diserap oleh logam akan membentuk nitride yang keras yang tersebar rata pada permukaan logam.





D.      Hal-hal yang Mempengaruhi Kecepatan Pendinginan
a.     Viskositas
            Viskositas merupakan kekentalan atau tingkat kekentalan yang dimiliki suatu fluida atau zat cair. Semakin tinggi angka viskositasnya, maka semakin lambat laju pendinginannya. Misalnya pada oli atau air garam, dimana air garam memiliki tingkat viskositas yang rendah, namun massa jenisnya tinggi sehingga laju pendinginan cepat dibandingkan oli yang memiliki tinggi sehingga laju pendinginan cepat dibandingkan dengan oli yang memiliki tingkat viskositas tinggisehingga panas sulit menguap dengan cepat sehingga laju pendinginan lambat.
b.    Densitas (kerapatan massa jenis)
Densitas merupakan massa jenis yang dimiliki media pendingin (fluida). Semakin tinggi densitas yang dimiliki suatu media pendingin maka semakin cepat laju pendinginannya.
c.     Luas penampang
Semaki luas penampang suatu bahan, maka laju pendinginan akan semakin cepat,
begitu pun sebaliknya, halter sebut disebabkan karena semakin luas penampang suatu bahan maka media pendinginan akan lebih cepat mendinginkan permukaan.



d.    Waktu
Semakin cepat laju pendinginan maka waktu yang diperlukan semakin sedikit/singkat, begitu juga sebaliknya semakin lama laju pendinginan maka waktu yang dibutuhkan semakin banyak.
e.     Temperatur
Semakin tinggi temperature suatu bahan maka luju pendinginan juga semakin lambat, tetapi ini tergantung dari media pendingin yang digunakan, semakin rendah temperature yang dibutuhkan suatu bahan maka semakin cepat laju pendinginannya.

Grafik Hubungan Temperatur dan waktu pendinginan
 








  
(Gambar : Grafik Hubungan Temperatur dan waktu pendinginan)
f.     Jenis Aliran
Jika fluida yang digunakan dalam keadaan mengalir maka jenis aliran berpengaruh, dimana aliran turbulen lebih cepat memindahkan kalor dibandingkan aliran laminar.Turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak stabil sedangkan klaminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan membentuk garis-garisalir yang tidak berpotongan satu sama lain.

E.       Diagram Fe-Fe3c
 Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.
Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa padat pada suhu 13500, pada fasa ini lah berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan dengan jalan heat treatment.
Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan (Equilibrium Phase Diagram).

(Gambar : Diagram Fe3c)

 Penjelasan diagram:
ü  Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).
ü  Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas
ü  Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit
ü  Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid. 
ü  Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik  eutectoid, strukturmikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit. 
ü  Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit. 
ü  Pada saat pendingin andari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro Austenit
ü  Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi Austenit.
Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses    pendinginan perubahan – perubahan pada struktur kristal dan  struktur mikrosangat bergantung pada komposisi kimia.
Fase Yang Terbentuk :
1.      Ferit ( besi )
 Merupakan larutan padat karbon dalam besi dan kandungan karbon dalam besi maksimum 0,025% pada temperatur 723 C. Pada temperatur kamar, kandungan karbonnya 0,008%. Sifat ferit adalah lunak, ulet dan tahan korosi.

2.      sementit
   Merupakan senyawa logam yang mempunyai kekerasan tinggi atau berkeras diantara fasa-fasanya yang mungkin terjadi pada baja mengandung 6,67% kadar karbon, walaupun sangat keras tapi bersifat getas.
3.      austenit
  Merupakan larutan padat intertisi antara karbon dan besi yang mempunyai sel satuan BCC yang stabil pada temperatur 912°C dengan sifat yang lunak tapi ulet.
4.      perlit (α+Fe3C)
  Merupakan elektroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu terit dan sementit. Kedua fasa ini tersusun dari bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi di bawah 723 C. Sifatnya kuat dan tahan terhadap korosi serta kandungan karbonnya 0,83%.

5.      Ladeburit
  Merupakan susunan elektrolit sengan kandungan karbonnya 4,3% yaitu campuran perlit dan sementit. Sifatnya halus dan getas karena sementit yang banyak.

6.      besi delta (γ)
  Merupakan fasa yang berada antara temperatur 1400 °C – 1535°C dan mempunyai sel satuan BCC ( sel satuan kubus ) karbon yang larut sampai 0,1%
     Perbandingan yang dilakukan dengan menggunakan media pendingin berbagai jenis seperti oli, air garam, air, solar dan udara tergantung pada kecepatan pendinginan yang diinginkan. Kecepatan pendinginan adalah turunnya pendinginan pada waktu dimasukkan dalam derajat/detik. Kecepatan pendinginan  mempengaruhi akan kekerasan bahan.
Laku panas adalah proses yang memanaskan bahan sampai suhu tertentu dan kemudian didinginkan menurut cara tertentu. Tujuan pengerjaan panas itu adalah untuk memberikan sifat yang lebih sempurna pada bahan.
Pengertian-pengertian :
Ø  Solidus line adalah garis pemisah antara fasa solid (padat) dengan fasa liquid (cair) atau fasa yang sebagian liquid
Ø  liquidus line adalah  Garis batas fasa yang memisahkan fasa L dengan α+L
Ø  Lower critical temperature (point) A1 adalah temperature pada baja   eutectoid dimana austenite menjadi pearlite dan di bawah temperature ini austenite tidak ada lagi.
Ø  Upper critical temperature (point) A3adalah temperatur pada baja hipoeutektoid dimana di bawah temperatur ini ferrite mulai terbentuk hasil dari pemisahan dari austenit.
Ø  Eutektik(4.3%C) adalah suhu keseimbangan teratas dalam logam dimana terjadi perubahan dari fasa liquid ke fas larutan padat (austenit+cementite) tanpa melalui fasa austenit+liquid maupun cementite+liquid.
Ø  Eutektoid(0.8%C) adalah suhu terendah dalam logam dimana terjadi perubahan dalam larutan padat, dan merupakan suhu keseimbangan terendah dimana austenit terurai (dekomposisi) menjadi menjadi ferit dan sementit
(Sumber : Diktat kuliah universitas darma persada)
F.       Diagram TTT

Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudianditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar : Diagram Isothermal Tranformation Diagram).

   Penjelasan diagram :
ü Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan bergeser ke kanan.
ü Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.
(Sumber : http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.html

G. Diagram CCT
Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan suhu rendah.
Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro yang terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling Transformation Diagram.


(Gambar : Diagram CCT)

Penjelasan diagram:
ü  Untuk naja dengan kadar karbon kurang dari 0,83% yang ditahan suhunya di titik tertentu yang letaknya di bagian atas dari kurva C, akan menghasilkan struktur perilt dan ferit.
ü  Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tap masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari perlit).
ü  Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan mendapat struktur Martensit (sangat keras dan getas).
ü  Bentuk diagram tergantung dengan komposii kimia terutama kadar karvon dalam baja  .                                                       
ü  Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a) akan menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit.
ü  Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan menghasilkan struktur mikro perlit dan bainit.
ü  Pada proses pendinginan cepat, seperti garis ( c ) akan menghasilkan struktur mikro martensit.
(sumber;http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm)

H.      Unsur-Unsur Paduan
1.      Karbon
(Gambar : Unsur paduan Karbon)

·                Larut dalam ferrite
·                 Pembentukan sementit (dan karbida lainnya), perlit, bainit.
·                 % C dan distribusinya mempengaruhi sifat baja.
·                 Kekuatan dan kekerasan meningkat dengan naiknya % C.
          Pada baja karbon biasanya kekuatan dan kekerasannya meningkat sebanding dengan kekuatan karbonnya, tetapi kekuatannya menurun dengan naiknya kadar karbon. Persentase kandungan karbon akan memberikan sifat lain pada baja karbon di antaranya:
o      Kemampuan untuk dibentuk
o      Diperkeras
o      Diolah mesin
o      Kemampuan untuk di las

2.      Mangan (Mn)
(Gambar : Unsur paduan Mangan)

·                Bahan oksidiser (mengurangi O dalam baja), menurunkan  kerentanan hot shortness pada aplikasi pengerjaan panas
·                Larut, membentuk solid solution strength dan hardness
·                Dengan S membentuk Mangan Sulfida, meningkatkan sifat pemesinan (machineability).
·                Meningkatkan kekuatan dan kekerasan meski tidak sebaik C.
·                Menurunkan sifat mampu las (weldability) dan keuletannya.
·                Meningkatkan hardenability baja.

          Mengan(Mn) berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan ausnya. Unsure ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap/bersih dan menambah kekuatan panas baja karbon.

3.      Silikon (Si)
 




(Gambar : Unsur Paduan Silikon )
·                Bahan deoksidiser.
·                Meningkatkan kekuatan ferit.
·                 Dalam jumlah besar, meningkatkan ketahanan baja terhadap efek        scaling, tetapi mengalami kesulitan dalam pemrosesannya .
    Silicon di tambahkan untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu dapat menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis, sehingga baja karbon lebih elstis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuatan getas.

4.      Posfor (P)
 





(Gambar : Unsur Paduan Posfor)

          Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil, yaitu maksimum 0.04%, yang berfungsi mempertinggi kualitas dan daya tahan material terhadap korosi. Material yang mengandung posfor diatas 0,04% akan mempunyai kecenderungan untuk menjadi getas dan mudah retak. Penambahan posfro dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil-kecil pada saat proses permesinan.





5.      Belerang (s)
 




(Gambar : Unsur Paduan Belerang)

          Belerang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin, keuntungan sulfur pada temperature biasa, dapat memberikan ketahanan aus pada gesekan tinggi.
6.      Khrom (Cr)
 



                                                                                     
(Gambar : Unsur Paduan Khrom)

·                Meningkatkan ketahanan korosi dan oksidasi.
·                Meningkatkan kemampukerasan.
·                Meningkatkan kekuatan pada temperature tinggi.
·                Peningkatan ketahanan terhadap pengaruh abrasi.
·                Unsur pembentuk karbida (elemen pengeras).
          Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menambah dan menaikkan daya tahan korosi dan daya tahan terhadap yang tinngi keuletannya berkurang.
7.      Nikel (Ni)
(Gambar : Unsur Paduan Nikel)
·                Tidak membentuk karbida
·                Berada dalam ferit, sebagai penguat (efek ketangguhan ferit).
·                Dengan Cr menghasilkan baja paduan dengan kemampuan kekerasan tinggi, ketahanan impak dan fatik yang tinggi.
          Sebagai unsure paduan dalam baja kontruksi dan baja mesin. Nikel memperbaiki antara lain kekuatan tarik, sifat tahan korosi, sifat tahan panas dan sifat magnitnya.



8.      Molibdum Mo)
 




(Gambar : Unsur Paduan Molibdum)

·                Meningkatkan kemampukerasan baja.
·                Menurunkan kerentanan terhadap temper embrittlement (400- 550oC)
·                Meningkatkan kekuatan tarik pada temperature tinggi dan kekuatan creep.
          Molibdum juga berfungsi untuk mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, juga menstabilkan karbida serta memperbaiki kekuatan baja .
9.      Titanuim (Ti)
 





(Gambar : Unsur Paduan Titanium)
·                  Sebagai deoksidiser.
·                  Pengontrolan dalam pertumbuhan butir. TITANIUM
·           Sebagai deoksidiser.
·            Mengontrol pertumbuhan butir.
Titanium adalah logam yang lunak, tapi bila dipadukan dengan nikel dan karbon akan lebih kuat, tahan aus, tahan temperature, dan tahan korosi.
10.  Wolfram/tungsten
(Gambar : Unsur Paduan Wolfram/Tungsten)

·            Memberikan peningkatan kekerasan.
·            Menghasilkan struktur yang halus.
·         Pada temperatur tinggi, tungsten membentuk WC (keras dan stabil).
·            Menjaga pengaruh peunakan selama proses penemperan.
          Paduan ini dapat membentuk karbida yang stabil dan yang keras, menahan suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk/struktue secara perlahan-lahan.
I.     Pengelompokan dan Standarisasi Baja
a.    Pengelompokan Baja
1)   Baja Karbon
                 Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon sangat menentukan sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur.
*      Baja Karbon Rendah:
·       Kandungan karbonnya < 0,3%C
·       Tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan membentuk martensit.
·       Metode penguatannya dengan “Cold Working” ìstruktur mikronya terdiri ferit dan perlit.
·       Relative lunak dan lemah ulet dan tangguh
·       Mampu mesin dan mampu lasnya baik
·       Murah/harga terjangau
·       aplikasi : bodymobil,bentuk struktur (profil I, L, C, H), pipa saluran
*      Baja Karbon Medium:
·       Kandungan karbonnya: 0,3 – 7%C
·           Dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing, quenching, dan tempering
·           Banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur  mikronya martensit.
·           Lebih kuat dari baja karbon rendah.
·           aplikasi :poros, rodagigi, crankshaft.
*      Baja KarbonTinggi
·       Kandungan karbonnya: 0,7< % C ≤ 1,4
·       Dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing, quenching, dan tempering
·       Banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur mikronya martensit.
·       paling keras, paling kuat, paling getas di antara baja karbon lainnya
·       tahanaus
·       aplikasi :pegas, pisaucukur, kawat kekuatan tinggi, rel kereta api,perkaka spotong dan dies.
2)   Baja Paduan
                 Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon.
       Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya di bawah 10% sedangkan baja paduan tinggi di atas 10%.
3)   Baja Khusus
               Baja khusus mempunyai unsur-unsur paduan yang tinggi karena pemakaian-pemakaian yang khusus. Baja khusus yaitu baja than karat, baja tahan panas, baja perkakas, baja listrik.
       Unsur utama dari baja tahan karat adalah Khrom sebagai unsure terpenting untuk memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Baja tahan karat ada tiga macam menurut strukturnya yaitu baja tahan karat feritis, baja tahan karat martensitas dan austenitis.
       Baja tahan panas, tahan terhadap korosi. Baja ini harus tahan korosi pada suhu lingkungan lebih tinggi atau oksidasi.
       Baja perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang peranan dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan untuk memperoleh sifat-sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi. Baja listrik banyak dipakai dalam bidang elektronika.


b.    Standarisasi Baja
1.    Amerika Serikat
a)        ASTM ( American Society for Testing Materials )
o    Strogen Steel (H3 9M-94)
o    High Strength Low alloy Structure Steel (H2 42M-93a)
o    Low and Intermediate tensile Strength carbon silicon, steel plate for machine pane and general construction (A 284M-38)
o    High Steel Strength. Quenhead and Temporal alloy steel plate euatable for andirum (A 514-94m)
o    Structural Steel mide 290 MPa minimum Yield point (BMM) maximum
o    High Strongth Low alloy alambium vanadium steel of structural quality (43,72m-94a)
o    Structural carbon steel plate of improved longers (AS 37M-93a)
o    High Strength Low alloy Structural Steel 345 MPa minimum yield point 100 mm thickness (AS 88M-94a)
o    Normalized high Strength Low alloy Structural Steel (A633-94a)
o    Low carbonate hardening, nikel copped evanium monodin, corombium and nikel copper columbion allow steel (A710M-94)
o    Hot road stuktural steel high Strength Low alloy plate with improved in ability (A 610 M-93a)
o    Quenhead and tempered carbon steel plates for structural aniration (A 678-94a)
b)        AISI (Americal Iron and Steel Institute) and SAE (Society of Automotive Engineers)
       Baja menurut standarisasi AISI dan SAE merupakan spesifikasi dengan loxx digunakan untuk paduan yang sangat minimal. Contoh baja AISI, SAE 1445, ini berarti kandungan karbonnya adalah 0,4% dengan paduan uranium (0,4%-1,4%)
c)        Menurut UNS (United Numbering System)
       Baja menurut standar UNS hampir sama dengan standar AISI dan SAE, hanya saja menggunakan huruf di depan ditambah lima digit untuk jenis tambahan lainnya misalnya baja AISI,SAE A 0,70% UNS menjadi G41070 di mana awalnya G untuk baja karbon paduan rendah.
2.   Jepang (JIS = Japan Industrial Standar)
v  Rolled Steel for general structural (G 3101-87)
v  Rolled Steel for walled structural (G 3106-92)
v  Hot Rolled Atmosphetle corrosion resisting steel (G 3128-87)
v  Hot Yield Strength Steel plate for walled structural (G 3128-87)
v  Superior atmosphere corrosion resistant steel (G 3215-87)
3.   Standarisasi Jerman (DIN = Deutsche Industrie Norm.)
v  Steel for general structural purposes (17100-80)
v  Waldable tine astin steel (17102-83)
4.   Standarisasi Perancis (NF)
v  Structural Steel (A 35-501-87)
v  Structural Steel Imprived atmosphere votection vistance (H 35-502-DA)

J.    Sistem Kristalografi
  Kristalografi adalah ilmu yang menentukan susunan atom dalam setiap struktur padat, termasuk, namun tidak terbatas pada batu permata. Semua batu permata adalah struktur kristal terbuat dari campuran senyawa unsur yang berbeda, dan bentuk kristal didasarkan pada struktur atom dari unsur blok bangunan. Atom dalam mineral tersebut diatur dalam pola geometris memerintahkan disebut "motif" yang menentukan nya "struktur Kristal. Struktur kristal permata's A akan menentukan simetri, sifat optik, pesawat belahan , dan bentuk geometris secara keseluruhan, Resep, atau campuran senyawa ini menjadi cetak biru untuk bagaimana kristal akan tumbuh. " Teman-pola pertumbuhan kristal A disebut sebagai yang " Crystal Kebiasaan .
1.  Kubik
Sistem kristal kubik juga dikenal sebagai isometrik "sistem". Sistem (Isometric) kristal kubik dicirikan oleh simetri total. Sistem Cubic memiliki tiga sumbu kristalografi yang semuanya tegak lurus satu sama lain, dan sama panjang. Sistem kubik memiliki satu titik kisi pada masing-masing empat sudut kubus itu.

 






(Gambar :Kristal  Cube)
2. Hexagonal Bersegi enam
Sistem kristal heksagonal memiliki empat sumbu kristal yang terdiri atas atau khatulistiwa tiga sama horisontal (, b, dan d) kapak di 120 º, dan satu vertikal (c) sumbu yang tegak lurus ke tiga lainnya.. The (c) porosnya dapat lebih pendek, atau lebih lama dari sumbu horizontal.
(Gambar : Kristal Hexagonal Bersegi enam)
 








3.  Tetragonal Bersegi empat
       Sebuah kristal tetragonal adalah bentuk kubik sederhana yang membentang di sepanjang) perusahaan (c sumbu untuk membentuk prisma persegi panjang. Kristal tetragonal akan memiliki dasar persegi dan atas, tetapi ketinggian yang lebih tinggi. Dengan terus untuk meregangkan

"tubuh-berpusat" kubik, satu lagi Bravais kisi dari sistem tetragonal dibangun.

(Gambar : Kristal  Tetragonal Bersegi empat)

4. Rombohedral
Sebuah rhombohedron (alias sistem trigonal) memiliki bentuk tiga dimensi yang mirip dengan kubus, tetapi telah condong atau miring ke satu sisi sehingga miring. Bentuknya dianggap "prismatik" karena semua enam

(Gambar : Kristal Rhombohedral)
wajah kristal yang sejajar satu sama lain. " Setiap wajah yang tidak kuadrat pada malaikat kanan disebut "rhombi." Sebuah kristal rombohedral memiliki enam wajah, 12 tepi, dan 8 titik. Jika semua sudut tumpul internal non-wajah yang sama (contoh datar, di bawah), dapat disebut trapezohedron-trigonal.
5. Ortorombik

Mineral yang terbentuk di ortorombik tersebut (alias belah ketupat) sistem kristal memiliki tiga sumbu yang saling tegak lurus, semua dengan, atau tidak sama panjang yang berbeda.

(Gambar : Kristal Ortorombik)

6. Monoklinik

Kristal yang terbentuk dalam sistem monoklinik memiliki tiga sumbu tidak sama. sumbu kristalografi cenderung terhadap satu sama lain pada sudut miring, dan sumbu (b) tegak lurus ke dan c. (B) sumbu kristalografi disebut "orto" sumbu.

(Gambar : Kristal Monoklinik)

 7. Triklinik

      Kristal yang terbentuk dalam sistem triklinik memiliki tiga sumbu kristalografi tidak sama, semua yang berpotongan pada sudut miring. kristal triklinik memiliki sumbu simetri 1-lipat dengan hampir tidak simetri yang jelas, dan tidak ada cermin atau pesawat prismatik.

(Gambar : Kristal Triklinik)

Klasifikasi baja karbon
-  Baja karbon rendah (0 - 0,3% c)
-  Baja karbon sedang (0,3% < c < 0,7%)
-  Baja karbon tinggi (0,7% < c < 1,4%)
a.       Baja paduan rendah
          Baja paduan ini adalah baja paduan karbon rendah, yang menyebabkan ferit diubah jadi sedikit perlit atau dengan kata lalin akibat paduan karbon rendah pada baja akan membantu ferlit mempunyai keuletan dan kenyal dan ferlit mempunyai keuletan yang tinggi, karena memiliki sifat yang keras baja ini juga kenyal dan ulet.
b.      Baja berfasa ganda         
          Baja ini mengalami 2 kali perlakuan panas atau baja ini memiliki 2 fasa. Dalam fasa pertama, hal-hal yang timbul dalam pengkristalan adalah adanya campuran kimia yang sangat keras, misalnya Fe3C (sementit)
c.       Besi cor
          Besi cor adalah paduan antara besi, karbon, silikon dan unsur lainnya. Besi cor Mempunyai fisik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh unsur paduan yang terdapat di dalamnya seperti silikon, mangan dan fospor.




 III.PENGUJIAN

A.  AlatdanBahan Yang Digunakan
1.      Bahan
Bahan yang digunakan adalah :Baja
Gambar specimen :
1.      Impact Test (Standar Metric)





(Gambar : Specimen Impact Test)       
2.      Tensile Test (Standar Metric)
 






(Gambar : Specimen Tensile Test)




3.      Hardness Test (Standar metric)
 








                                                                                                                   
(Gambar : Specimen Hardness Test)
Gambar specimen setelah proses Anneling dengan media pendingin oli

 






(Gambar : Specimen pada proses Annealing)



                                                                                                            

 







(Gambar : Specimen pada proses Annealing)














V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kekerasan adalah kemampuan suatu bahan  atau material terhadap gaya tekan atau goresan/ pengikisan.
Pengujian kekerasan adalah suatu cara atau proses untuk menentukan atau mengetahui kekerasan suatu material.

1.      Ada 3 cara pengujian kekerasan yaitu :
a.       cara penggoresan
b.      cara dinamik
c.       cara penekanan yang terdiri dari Brinell, Rockwell, dan Vickers.
2.      Elastik recovery adalah nilai elastis suatu specimen ketika beban diberikan dan dihilangkan untuk mengetahui kemampuan specimen kembali kebentuk awal.
3.      Semakin kecil tingkat kekerasan suatu material maka nilai elastic recoverynyapun semakin kecil.

5.2. Saran-saran
1.      Sebaiknya respon lebih di percepat agar praktikan tidak terlalu lama menunggu dan praktikum bisa dimulai lebih cepat.
2.      Sebaiknya asisten yang jarang berada di laboratorium metalurgi fisik lebih rajin lagi berada di lab. Agar praktikan tidak terlalu susah mencari asistennya. 
DAFTAR PUSTAKA

1.        Smallman, B.E, 1991. Metalurgi Fisik Modern. PT. Gramedia Pustaka   Utama: Jakarta
2.      Surdia, Tata. 1984 Pengetahuan Bahan Teknik. Pro5rdya Paramita: Jakarta.
3.      Van, Vlack Lawrence. 1985. Ilmu dan Teknologi Bahan. Erlangga: Jakarta.
4    http://www.scribd.com/doc/45119330/He-a-Treatment-Test
rickyrackasiwi.blogspot.com/2010/02/perlakuan-panas.html
8.  Diktat kuliah universitas darma persada)
9.  http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.html
11. (http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar